Gadis Peminta-minta
Toto Sudarto Bachtiar
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan di atas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak lagi punya tanda
Suara, 1950
Kajian Struktural Puisi “Gadis Peminta-minta”
Karya Toto Sudarto Bachtiar
Karya Toto Sudarto Bachtiar
Dalam puisi ini Toto Sudarto Bachtiar memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang seorang peminta-minta. Toto Sudarto Bachtiar justru berpandangan sangat berempati pada peminta-minta. Seperti yang dia tunjukkan dalam puisinya ini. Dia terlihat sangat kasihan pada seorang gadis peminta-minta yang menghuni kotanya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian struktural puisi berjudul “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar.
A. Struktur Batin
Struktur batin puisi merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi. Struktur batin dan struktur fisik akan membangun kesatuan makna yang total dalam menunjukkan makna puisi. Struktur batin akan menyatu bersama struktur fisik puisi yang juga merupakan unsur penting dalam puisi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai struktur batin puisi berjudul “Gadis Peminta-minta”
1. Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya (Waluyo, 1987: 106). Tema dalam puisi sangat beragam misalnya tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, percintaan, dan sebagainya. Tema puisi bersifat lugas, obyektif, dan khusus sehingga dengan latar belakang yang sama semua orang bisa menginterpretasi dan menganalisis tema puisinya.
Tema puisi “Gadis Peminta-minta” adalah kemanusiaan. Penyair bermaksud menunjukkan betapa tingginya martabat seorang gadis peminta-minta dan meyakinkan pembaca bahwa setiap setiap manusia memiliki martabat yang sama. Bagi penyair perbedaan kedudukan, pangkat, dan kekayaan tidak sepatutnya dijadikan landasan perlakuan pada seseorang. Toto menyatakan bahwa /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/ dan /Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal/. Kalimat ini menunjukkan penyair ingin mengetuk hati pembaca untuk ikut meratapi tokohnya. Itulah mengapa penyair menyatakan bahwa tidak hanya dunianya lebih tinggi dari katedral, namun juga dia menyatakan bahwa jiwa tokohnya itu begitu murni karena tidak bisa merasakan perasaan penyair yang sangat memikirkan deritanya, seperti yang dinyatakan dalam kalimat /Jiwa begitu murni, terlalu murni untuk bisa membagi dukaku/.
2. Rasa (Feeling)
Rasa atau feeling merupakan suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh pembaca. Perasaan setiap penyair pastilah berbeda-beda meskipun menggunakan tema yang sama. Puisi “Gadis Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu meninggikan seorang peminta-minta. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang menganggap rendah para peminta-minta. Dalam kalimat /Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil/, /Bulan di atas itu tak ada yang punya/, /dan kotaku, oh kotaku/, /Hidupnya tak lagi punya tanda/ penyair mengungkapkan rasa harunya yang mendalam terhadap gadis kecil berkaleng kecil apabila telah tak ada di kotanya. Penyair begitu kuatnya mengajak pembaca agar mengubah pendirian mereka yang kebanyakan sangat merendahkan para peminta-minta.
3. Nada dan Suasana
Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyairdapat menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana.
Puisi “Gadis Peminta-minta” bernada kesedihan dan keharuan seperti yang ditunjukkan oleh kalimat /senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/. Kesedihan dan keharuan penyair bukan karena keadaan dirinya yang menderita tetapi dia merasakan keharuan dan kesedihan karena keadaan gadis peminta-minta pembawa kaleng kecil. Kesedihan penyair lebih dikarenakan rasa solidaritas kemanusiaan.
Penyair juga menunjukkan betapa ia sangat meninggikan gadis peminta-minta dimana ia pun tak kuasa membagi kedukaannya kepada gadis peminta-minta itu.Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca ikut merasa terharu dan berempati pada gadis kecil pembawa kaleng kecil itu.
4. Amanat (Pesan)
Para penyair terkadang tidak menyadari tentang adanya amanat yang terkandung dalam puisinya. ini terjadi karena biasanya penyair beranggapan bahwa menulis merupakan sarana penuangan idea tau suasanan hati mereka jadi bagi mereka puisi yang mereka tuliskan tidak menuntut adanya amanat karena itu merupakan sebuah kebutuhan. Hanya saja terkadang justru dari pembacalah yang memaksakan adanya amanat dalam sebuah puisi.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya (Waluyo, 1987: 130). Amanat dapat diungkapkan dengan menggali makna puisi. Itulah mengapa amanat merupakan unsur tersirat dalam puisi. Amanat tidak nampak secara eksplisit dan mudah ditemukan dalam puisi.
Amanat puisi “Gadis Peminta-minta” adalah ajakan penyair agar pembaca tidak meremehkan para peminta-minta karena mereka juga manusia. Dalam puisinya ini penyair menyatakan bahwa peminta-minta merupakan identitas kota besar namun juga mengharapkan agar tokoh semacam itu tidak ada lagi. Kalimat /di bawah jembatan yang melulur sosok/ menunjukkan bahwa penyair berharap agar kotanya mempunyai rasa belas kasih kepada gadis peminta-minta sehingga kehidupannya tidak lagi sengsara.
B. Struktur Fisik
Unsur fisik puisi merupakan unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur itu dapat ditelaah satu persatu tetapi tetap merupakan satu kesatuan yang utuh. Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur fisik yang terkandung dalam puisi “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar.
1. Diksi (Pemilihan Kata)
Peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah hal mutlak dalam puisi. Diksi atau pemilihan kata merupakan esensi dalam penulisan puisi. Bahkan bisa dikatakan bahwa diksi bisa dijadikan penentu seberapa besar daya cipta seorang penyair. Sebuah kata dalam puisi dipilih berdasarkan pergulatan pikiran penyairnya sehingga jika kata tersebut digantikan dengan kata lain tentu akan mengurangi esensi dari puisi tersebut dan juga akan mengganggu komposisi puisi yang telah dibentuk oleh penyair meskipun kata yang menggantikan memiliki arti yang sama. Penempatan kata dalam puisi sangatlah penting dalam rangka menumbuhkan suasana puitik pada pembaca sehingga dapat memahami puisi secara menyeluruh.
Dalam puisi “Gadis Peminta-minta” penyair menggunakan diksi yang sangat mendukung tema kemanusiaan. Setiap baitnya penyair menceritakan betapa haru dan sedih dia kepada gadis peminta-minta. /Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/ menunjukkan jika penyair tak mampu membagi kedukaan pada gadis peminta-minta itu. /Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil/ menunjukkan jika penyair ingin mengetahui bagaimana keadaan lingkungan gadis peminta-minta. /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/ menunjukkan bahwa penyair begitu meninggikan atau menunjukkan bahwa peminta-minta pun memiliki martabat dan secara tidak langsung mengajak pembaca agar memperlakukan peminta-minta sewajarnya manusia dan tidak membedakan kedudukan mereka di lingkungan sosial.
2. Pengimajian (Citraan)
Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi konkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian: kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo, 1987: 78). Pencitraan dapat dipahami dengan dua cara yaitu pemahaman dari sisi penyiar dan pemahaman dari sisi peembaca. Pemahaman dari sisi penyiar, citraan merupakan rangkaian kata yang digunakan untuk menyampaikan pengalaman inderanya. Dalam hal ini pencitraan berfungsi untuk meembangun keutuhan puisi untuk menyampaikan pengalaman keinderaan penyair kepada pembaca. Pemahaman dari sisi pembaca, citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam pengimajinasian pembaca yang ditimbulkan oleh rangkaian kata pada puisi. Dalam hal ini pencitraan berfungsi untuk membantu pembaca dalam mencapai pemahaman yang utuh dalam memahami dan menikmati puisi karena dapat merasakan sesuatu yang konkret dari kata-kata yang disodorkan oleh penyair.
Dalam puisi ini terdapat beberapa kalimat yang mengandung imaji atau citraan. Kalimat / Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/ mengandung citraan penglihatan, karena gadis kecil berkaleng kecil hanya dapat dilihat. Kalimat ini mengandung makna betapa seringnya kita melihat gadis kecil membawa kaleng kecil dimana-mana yang berarti menunjukkan bahwa kota yang dihuni banyak rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga harus menggantungkan hidupnya pada belas kasih orang dengan menyodorkan kaleng kecil yang dibawanya. Kalimat /Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/ mengandung citraan penglihatan karena senyum hanya dapat dilihat. Sedangkan kalimatnya mengandung arti bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu selalu tersenyum dan tak mengenal duka. Kalimat /Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/ dan /Gembira dari kemayaan riang/ menunjukkan citraan perasaan dan mengandung arti bahwa kegemerlapan hanya memenuhi angan-angan gadis peminta-minta itu dan kegembiraan hatinya hanya semu atau maya karena sesungguhnya hidupnya penuh penderitaan. Kalimat /Jiwa begitu murni, terlalu murni/ dan /Untuk bisa membagi dukaku/ menunjukkan citraan perasaan karena kemurnian jiwa hanya dapat dirasakan bukan dilihat atau didengar. Kalimat ini mengandung makna bahwa penyair tidak hanya menyatakan tingginya kehidupan gadis peminta-minta tetapi juga menunjukkan bahwa hatinya sangat murni bahkan terlalu murni untuk membagi kedukaan penyair. Gadis peminta-minta itu tidak dapat merasakan betapa menderitanya penyair merasakan pedihnya penderitaan gadis peminta-minta itu. Kalimat Kalau kau mati gadis kecil berkaleng kecil/, /Bulan di atas itu tak ada yang punya/, /Dan kotaku, ah kotaku/menunjukkan citraan penglihatan. Kalimat /Hidupnya tak lagi punya tanda/ merupakan citraan perasaan. Secara keseluruhan, bait ke-4 menyatakan makna bahwa ketika gadis kecil peminta-minta itu mati maka kota tempatnya hidup akan kehilangan identitas yang sangat identik dengan gadis peminta-minta berkaleng kecil. Secara tidak langsung penyair juga mengharapkan agar tokoh seperti ini tidak lagi ada.
3. Kata Konkret
Seperti halnya pencitraan, kata konret juga berkaitan dengan penggunaan lambing dan kiasan. Citraan merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata konkret ini merupakan syarat terjadinya pengimajian itu. Kata konkret akan membantu pembaca dalam memahami puisi secara total karena kata konkret akan membuat pembaca dapat membayangkan secara jelas keadaan yang dilukiskan penyair.
Kalimat /gadis kecil berkaleng kecil/ memperkonkret kata peminta-minta. Kalimat /Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok/ memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki tempat tinggal yang cukup untuk dirinya sendiri. Kalimat /Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/ memperkonkret keadaan gadis peminta-minta yang memiliki kebahagiaan yang semu. Sedangkan kalimat yang menunjukkan keempatian penyair terhadap gadis peminta-minta adalah /Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral/. Kalimat ini menunjukkan tingginya martabat gadis peminta-minta yang sama dengan manusia yang lainnya.
4. Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna hias atau makna lambing (Waluyo 1987: 83). Dengan bahasa figuratif penyair akan lebih efektif menyampaikan maksudnya karena bahasa figuratif menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi konkret dan puisi akan lebih enak dibaca. Selain itu bahasa figuratif membuat puisi memancarkan banyak makna. Bahasa figuratif mencakup kiasan atau gaya bahasa dan perlambangan. Kiasan bertujuan untuk menciptakan efek lebih kaya,efwktif dan sugestif dalam puisi sedangkan perlambangan digunakan untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana menjadi lebih jelas sehingga dapat menggugah hati pembaca. Perlambangan berhubungan erat dengan kata konkret untuk membantu pengimajian. Maka berdasarkan hubungannya dengan imaji ada lambang auditif, lambang visual, lambang gerak dan sebagainya.
Gaya bahasa atau kiasan yang digunakan dalam puisi ini antara lain adalah /Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/ menunjukkan majas personifikasi, baris ini menunjukkan bahwa kota memiliki jiwa sedangkan yang memiliki jiwa hanyalah manusia. Makna yang dapat diungkap oleh baris ini adalah hilangnya identitas kota yang memiliki banyak peminta-minta. Sedangkan baris /Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/ menunjukkan majas metafora yang di sini diibaratkan bahwa bulan berwarna merah jambu sedangkan seharusnya adalah putih. Makna yang dimaksud oleh baris ini adalah pengemis itu menengadah tanpa harapan.
Perlambangan yang digunakan dalam puisi ini adalah lambang benda yang ditunjukkan oleh /kaleng kecil/ dan /jembatan yang melulur sosok/. Lambang warna yang digunakan dalam puisi ini ditunjukkan oleh /pada bulan merah jambu/. Lambang suasana ditunjukkan oleh /Gembira dari kemayaan riang/.
artikelnya sangat membantu, terimakkasih ya
BalasHapusHotels near Casinos Near Casinos Near Casinos in Maryland
BalasHapusMapYR Properties 정읍 출장마사지 has real-time driving directions 전라남도 출장안마 to select the best 인천광역 출장안마 casinos 부천 출장마사지 near you and track 속초 출장마사지 your location. Use these quick, easy-to-navigate directions to